Pages

Minggu, 19 November 2017

Apakah Daging Marmut Halal Dikonsumsi?

Apakah Daging Marmut Halal Dikonsumsi?

Ilustrasi: Thinkstock
Jakarta - Marmut biasanya jadi hewan peliharaan. Namun ada juga yang mengonsumsinya. Lalu bagaimana hukum menyantap marmut dalam Islam?

Layaknya kelinci, terdapat segelintir orang yang menikmati daging marmut atau dalam bahasa Inggris disebut guinea pig. Bahkan ada yang meyakini konsumsi hewan mirip hamster dengan ukuran lebih besar ini punya manfaat bagi kesehatan.

Marmut pun jadi salah satu makanan kegemaran masyarakat Amerika Selatan seperti Peru, Bolivia, Ekuador dan Kolombia. Daging hewan pengerat ini dianggap bergizi, mengandung banyak vitamin, rendah lemak, dan sumber protein.

Kebanyakan marmut (disebut cuy di Amerika Selatan) dimasak secara utuh, baik digoreng atau dipanggang. Dagingnya disebut-sebut bercitarasa seperti kelinci atau ayam kampung. Saking populernya, di Peru sampai ada festival marmut.



Bagi muslim, tentu perlu mencermati kehalalan konsumsi marmut. Hukum menyantap daging marmut dibahas dalam Jurnal Halal No. 117 Januari-Februari Tahun XIX 2016.

Para ulama menyebutkan bahwa marmut tidak termasuk jenis hewan buas pemakan daging. Tidak pula memiliki taring atau cakar untuk menangkap maupun memangsa.

Dalam penjelasan ulama, setiap hewan yang bertaring dan taringnya dipakai untuk menyerang mangsa maka haram untuk dikonsumsi. Misalnya hewan liar seperti singa, serigala, macan di hutan. Begitu pula binatang peliharaan seperti anjing dan kucing rumahan.

Larangan mengacu pada hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda dengan makna: "Setiap binatang buas yang bertaring, maka memakannya adalah haram." (HR. Muslim No. 1933)

Diperkuat juga riwayat dari Abi Tsa'labah yang berbunyi, "Rasulullah saw melarang memakan setiap hewan buas yang bertaring." (HR. Bukhari No. 5530 dan Muslim No. 1932)

Lebih lanjut lagi dari Ibnu 'Abbas, ia berkata, "Rasulullah saw melarang memakan setiap binatang buas yang bertaring, dan setiap jenis burung yang mempunyai kuku untuk mencengkeram." (HR. Muslim No. 1934)

Sementara Imam An-Nawawi mengatakan, "Yang dimaksud dengan memiliki taring (menurut ulama Syafi'iyah) adalah bahwa taring tersebut digunakan untuk berburu (memangsa)."



Adapun pada marmut tidak ada unsur-unsur yang menimbulkan hukum haram. Karena itu marmut masuk dalam binatang "Ma'kulul-Lahm" atau dagingnya boleh dimakan. Sehingga marmut tidak diharamkan untuk konsumsi.

Terkait kehalalan hewan, ada penjelasan dalam pendapat Madzhab Maliki. Disebutkan sepanjang tidak ada nash dari Al-Qur'an atau Al-Hadits yang mengharamkan, maka semua hewan halal dikonsumsi. Asalkan disembelih sesuai kaidah syariah sekaligus tidak menimbulkan dampak negatif (mudarat) bagi orang yang mengonsumsinya.

(msa/odi) https://food.detik.com/info-halal/d-3157689/apakah-daging-marmut-halal-dikonsumsi

Minggu, 15 Januari 2017

Cara Budidaya Labu Madu (Butternut Squash)

PANDUAN SINGKAT BUDIDAYA LABU MADU

LABU MADU(Cucurbita Moschata ) adalah jenis labu yang dikenal dengan nama waluh di Indonesia. Bentuknya seperti bohlam, teksturnya lembut dan memiliki cita rasa yang unik. Tingkat kemanisan akan semakin meningkat jika disimpan selama 2 bulan, labu madu bahkan dapat bertahan selama 6 bulan. Buahnya mengandung serat yang tinggi, vitamin A dan B kompleks. Labu jenis ini dapat ditanam melalui
bijinya .

CARA BUDIDAYA LABU MADU
Nah, jika Anda berminat untuk menanamnya maka ikutilah langkah-langkah berikut:

1. Tanamlah pada tanah yang hangat. Biji labu madu tidak akan berkecambah pada tanah yang dingin.
2. Mulailah menanam benihnya di dalam ruangan selama 3 minggu. Tanamlah biji dengan kedalaman sekitar 2,5 cm. Usahakan tanah dalam keadaan lembab hingga akhirnya dipindahkan ke lahan yang lebih luas.
3. Pilihlah tempat yang hangat dan cerah untuk menanam. Labu madu menyukai tempat dengan paparan sinar matahari penuh dan kondisi hangat agar tetap tumbuh.
4. Labu madu menyukai tanah yang subur dan pengairan yang baik. Jika tanah tidak subur maka campurlah dengan pupuk kompos. Berilah jarak sekitar 3 kaki persegi pada masing-masing tanaman.
5. Jika ingin menanamnya langsung maka tanamlah benih di lahan yang telah digemburkan. Labu madu dapat tumbuh dengan baik jika ditanam pada lahan yang berbukit-bukit. Buatlah timbunan dengan tinggi sekitar 7,6 cm untuk setiap labu. Galilah lubang sekitar 2,5 cm di setiap bukit dan tanamlah 4-5 biji/lubang. Tutuplah biji dengan tanah dan tekan-tekan dengan lembut.
Perawatan labu madu madu secara teratur. Jagalah kelembaban tanah selama musim panas dengan menyiramnya setiap hari. terhindar dari hama. Meskipun biasanya hama tidak tertarik pada tanaman ini hingga akhir musim tanam. Namiun, jika labu madu Anda telah dihinggapi serangga atau hama penggerek lainnya, maka Anda harus bertindak, bisa dengan cara menyingkirkannya dengan tangan.

PANEN LABU MADU
Tunggulah sampai labu telah masak. Jentikkan kuku tangan Anda pada labu, jika tidak berdenting maka pertanda labu sudah masak.
Jika menunggu terlalu lama untuk dipanen akan menyebabkan pembusukan lebih cepat.
Potonglah labu yang merambat. Gunakan
pisau yang tajam . Bilaslah kotoran yang menempel di permukaan kulitnya.
Simpanlah buah yang telah dipetik di tempat yang sejuk dan kering. Labu madu dapat bertahan hingga beberapa bulan.
Itulah cara menanam, merawat dan memanen labu madu. Semoga informasi ini bermanfaat.
Selamat bercocok tanam.

Pemesanan Benih Silahkan kontak WhatApp kami di 081993387750
Atau inbok kami di :
www.facebook.com/muthiatani

Jumat, 09 September 2016

GRATIS..!!! BAJU KAOS SETIAP PEMBELIAN 5 BOTOL ADENGO 315 SC 100 ml via @bukalapak https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/berkebun/pupuk-nutrisi-tanaman/2hdny7-jual-gratis-baju-kaos-setiap-pembelian-5-botol-adengo-315-sc-100-ml?utm_source=apps

Senin, 11 Juli 2016

Budidaya Cabe Kopay


SERAI WANGI, TANAMAN PENGHASIL ATSIRI YANG POTENSIAL

SERAI WANGI, TANAMAN PENGHASIL ATSIRI YANG POTENSIAL


Minyak atsiri merupakan minyak terbang (volatile), hasil metabolit sekunder dalam tumbuhan. Dapat ditemukan di akar, kulit batang, daun, bunga dan bji. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang terbesar di dunia terdapat 40 jenis minyak atsiri yang sudah dikenal, 20 diantaranya adalah minyak potensial yang telah berkembang di pasar serta bernilai ekonomi tinggi. Sementara, masih terdapat sumber-sumber minyak atsiri baru yang terus digali agar beprospek bagi pengguna. Hai ini didukung juga  oleh adanya ketersediaan lahan di Indonesia. Salah satu contoh minyak atsiri sangat menjajikan yaitu sereh wangi
Serai wangi (Cymbopogon nardus. L) merupakan salah satu jenis tanaman minyak atsiri, yang tergolong sudah berkembang. Dari hasil penyulingan daunnya diperoleh minyak serai wangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella Oil. Minyak serai wangi Indonesia dipasaran dunia terkenal dengan nama “Citronella Oil of Java”. Volume ekspor minyak serai wangi beberapa tahun terakhir mengalami penurunan, Pada tahun 2002 mencapai 142 ton dengan nilai 1.066.000 US $ dan pada tahun 2004 sebesar 114 ton dengan nilai ekspor sebesar 700.000 US $ (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006).
Peranan komoditas ini sangat  besar sebagai sumber devisa dan pendapatan petani serta penyerapan tenaga kerja. Produksi minyak serai wangi di Indonesia dihasilkan dari Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Timur dan Lampung dengan total luas areal seluruh Indonesia pada tahun 2004 mencapai 3492 hektar. (Direktorat Jenderal Perkebunan,2006).
Minyak serai wangi diperoleh dari tanaman serai wangi yang mengandung senyawa sitronellal sekitar 32 - 45%, geraniol 10 - 12%, sitronellol 11 - 15%, geranil asetat 3 - 8%, sitronellal asetat 2 - 4% dan sedikit me-ngandung seskuiterpen serta senyawa lainnya (Masada, 1976).
Sereh wangi adalah salah satu komoditi atsiri yang sangat prospektif. Permintaan minyak sereh wangi cukup tinggi dan harganya stabil serta cenderung meningkat. Uniknya pembudidayaanya tidak terlalu rumit serta tanaman ini dapat hidup dilahan-lahan marginal bahkan lahan bekas tambang.
Sebelum Perang dunia kedua, Indonesia merupakan negara pengekspor utama minyak serai wangi. Namun saat ini negara produsen utama adalah RRC. Hal ini disebabkan karena produksi minyak serai wangi Indonesia selalu menurun dan mutunya kalah dibanding China dan Taiwan. Pada hal permintaan cukup besar, karena kebutuhan pasar selalu meningkat 3 - 5% per tahun. Negara pengimpor minyak serai wangi Indonesia yaitu Singapura, Jepang, Australia, Meksiko, India, Taiwan, Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jerman dan Spanyol (Dep. Perdagangan, 2002). Konsumsi minyak serai wangi dunia mencapai 2.000 – 2.500 ton dan baru terpenuhi 50 - 60% saja. China sebagai negara produsen utama hanya mampu memasok 600 - 800 ton per tahun. Sedangkan Indonesia baru dapat memenuhi 200 - 250 ton dari pemintaan minyak serai wangi per tahun (Paimin dan Yunianti, 2002).
DESKRIPSI  UMUM TANAMAN SEREH
Tanaman sereh atau sering juga disebut sereh wangi, sereh dapur; merupakan  keluarga Gramineae. Nama botani untuk sereh adalah Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. Tanaman sereh yang banyak dijumpai di Indonesia adalah dari species yang dikenal sebagai West Indian Lemongrass. Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. diperkirakan merupakan tanaman asli di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Indonesia, juga di India bagian selatan, Srilangka, dan Malaysia. Cymbopogon citratus adalah tanaman menahun dengan tinggi antara 50 – 100 cm. Memiliki daun tunggal berjumbai yang dapat mencapai panjang daun hingga 1 m dan lebar antara 1,5 - 2 cm. Tulang daun sejajar dengan tekstur permukaan daun bagian bawah yang agak kasar. Batang tidak berkayu dan berwarna putih keunguan. Memiliki perakaran serabut. Tanaman ini tumbuh berumpun. Sereh termasuk jenis tanaman perenial yang tumbuh dengan cepat (fast growing). Tinggi tanaman dewasa dapat mencapai sekitar 1 meter. Tanaman tropis ini dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 10 hingga 33 0C dengan sinar matahari yang cukup. Pertumbuhan tanaman yang baik dapat dipereoleh pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 700 – 3000 mm dengan hari hujan tersebar cukup merata sepanjang tahun. Tanaman sereh dari species Cymbopogon citratus dapat tumbuh dengan optimal hingga ketinggian 1000 meter dpl. Penanaman pada tanah dengan pH antara 5 – 7 dan memiliki drainase yang baik merupakan kondisi yang cukup ideal bagi sereh.
BUDIDAYA SEREH WANGI
Tanaman sereh wangi merupakan salah satu tanaman penghasil atsiri yang cukup penting di Indonesia. Teknik budidaya merupakan salah satu faktor penentu bagi keberhasilan usaha tani, disamping faktor lingkungan juga ikut menentukan kelanjutan usaha budidayanya.
Syarat Tumbuh
Pertumbuhan tanaman serai wangi  dipengaruhi oleh kesuburan tanah, iklim dan tinggi tempat diatas permukaan laut, dan tumbuh di berbagai tipe tanah baik didataran rendah maupun daratan tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl, dengan ketinggian tempat optimum 250 m dpl. Untuk pertumbuhan daun yang baik diperlukan iklim yang lembab, sehingga pada musim kemarau pertumbuhannya menjadi agak lambat. Tanaman pelindung berpengaruh kurang baik terhadap produksi daun dan kadar minyaknya. Secara umum serai wangi tumbuh baik pada  tanah gembur sampai liat dengan pH 5,5 – 7,0. Dengan curah hujan rata-rata 1.000 – 1.500 mm/tahun dengan bulan kering 4 - 6 bulan,  produksi daun menjadi turun tetapi rendemen dan mutu minyak meningkat (Zainal et al., 2004).
Persiapan lahan
Bila lokasi lahannya berupa semak belukar cukup dibabat, dibakar dan langsung dibajak. Setelah pembukaan lahan dilakukan pengajiran lubang tanam. Jarak tanam ditanah yang subur 100 x 100 cm, sedangkan di tanah yang kurang subur 75 x 75 cm. Ukuran lubang tanaman adalah 30 x 30 x 30 cm. Penanaman serai wangi dapat juga dilakukan dengan sisitem parit, ukuran lebar dan dalam parit sama seperti sistem lubang. Pada lahan yang topografinya lereng, sebaiknya barisan lubang atau parit tanam searah kountour.  Penanaman serai wangi pada kemiringan lahan 25 - 30ยบ dengan curah hujan 3.500 mm/th, sebaiknya menggunakan terasering dan pertanaman secara pagar.
Penanaman
Seminggu setelah penyemprotan herbisida penanaman sudah dapat dilakukan.  Penanaman sebaiknya dilakukan di awal atau diakhir musim hujan ini menghindari penyiraman. Bibit yang ditanam pada musim hujan akan tumbuh dengan cepat. Bibit serai wangi ditanam 1 atau 2 batang per lubang tanam.  Bila ukuran batang bibit yang akan ditanam cukup besar, cukup ditanam 1 batang per lubang, tetapi bila kecil-kecil ditanam 2 batang per lubang. Penanaman dilakukan sampai sedikit diatas pangkal batang, lalu tanah disekitar bibit dipadatkan.
Penyiangan dan Penyulaman
Penyiangan  pertama dilakukan 1 bulan setelah tanam selanjutnya tiga bulan sekali  atau 4 kali dalam setahun  tergantung  pertumbuhan gulma. Sedangkan penyulaman dilakukan bila ada bibit yang belum tumbuh atau mati dalam kurun waktu satu bulan Setelah tanam. Penyulaman ini sangat penting untuk mempertahankan jumlah populasi dan produksi. Bibit yang digunakan untuk penyulaman dapat berasal dari anakan yang sudah ditanam dan hidup disampingnya atau dari rumpun induk yang sejenis.
Pemupukan
Untuk menjaga kesuburan tanah dan kestabilan produksi, tanaman serai wangi perlu dipupuk. Pupuk berpengaruh pada produksi daun dan banyaknya minyak atsiri yang dihasilkan per hektar (Rusli et al., 1990). Umur satu bulan setelah tanam, beri pupuk Urea sebanyak 25 gram atau satu sendok makan per rumpun. Pupuk diberikan dengan cara melingkari rumpun sejarak 25 cm atau satu jeng-kal. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan pengemburan. Dosis pupuk yang dipakai tergantung dari kondisi tanah baik sifat fisik maupun kesuburannya. pupuk NPK (37 ; 65 ; 65) dengan dosis 150 - 200 kg/ha, 50 kg KCl/ha (Risfaheri, 1990). Pupuk kandang 2 kg per rumpun yang di berikan 6 bulan sekali.

Panen
Panen pertama dilakukan pada saat tanaman serai wangi sudah berumur 5 - 6 bulan setelah tanam dengan cara memotong daun serai wangi pada 5 cm diatas ligula (batas pelepah dengan helaian daun) dari daun paling bawah yang belum mati atau kering. Panen selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 bulan pada musim hujan dan setiap 4 bulan pada musim kemarau.  Produksi serai wangi sejak dari panen 1 sampai ke 3 meningkat, tetapi panen berikutnya sampai panen ke 7 produksi turun hampir 50%. Terjadinya penurunan produksi daun segar dan minyak setelah tahun ketiga adalah karena dengan meningkatnya umur rumpun tumbuhnya makin ke atas, sehingga akar baru yang tumbuh tidak dapat mencapai tanah yang menyediakan hara. Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi daunnya diperlukan tindakan budidaya terutama pembum-bunan sekitar rumpun (Mansur, 1990). Untuk tanah yang subur dan tanaman terpelihara dengan baik, hasil daun segar berkisar 50 – 70 ton/ha/th. Sedangkan untuk tanaman yang tidak terpelihara dengan baik, Produksinya hanya antara 15 - 20 ton daun segar/ha/ th. (Rusli at al., 1990).
Pasca panen
Jumlah dan mutu serai wangi yang dihasilkan selain ditentukan oleh jenis tanaman kondisi iklim dan tanah, serta mutu daun waktu panen, juga ditentukan oleh cara penanganan daun setelah panen dan penyulingan. Penanganan daun sebelum disuling yang kurang tepat dapat menurunkan produksi dan mutu minyak. Daun serai wangi yang akan disuling tidak perlu dipotong-potong pendek. Tetapi sebaiknya daun serai wangi tersebut dijemur selama 3 - 4 jam atau disimpan di tempat teduh 3 - 4 hari. Sebetulnya mutu minyak yang terbaik diperoleh dari penyulingan daun segar. Penjemuran dan pelayuan daun serai wangi sebelum disuling pada batas tertentu tidak berpengaruh terhadap rendemen minyak. Malahan penjemuran dan pelayuan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar sitronellal dan total geraniol dalam minyak. Tetapi dengan penjemuran atau pelayuan jumlah bahan yang dapat disuling setiap kali penyulingan bertambah besar, sehingga penyulingan bahan dalam keadaan kering lebih efiisien. Lama penyulingan untuk ketel penyuling kapasitas 1 ton daun adalah 5 jam dengan kecepatan penyulingan 120 kg uap/jam.  Rendemen minyak yang dihasilkan sekitar 0,7 – 0,9%. Sebaiknya ketel penyulingan diberi isolasi untulk mencegah kehilangan panas.

 http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/712-serai-wangi-tanaman-penghasil-atsiri-yang-potensial

Sabtu, 23 April 2016

PEREMAJAAN TANAMAN PEPAYA

PEREMAJAAN TANAMAN PEPAYA DENGAN PEMANGKASAN BATANG
Oleh : Tri Budiyanti, Sunyoto, Noflindawati dan Dewi Fatria


Tanaman pepaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m. Batang tak berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun. Pepaya mempunyai ukuran genom yang kecil dan terdiri dari 9 pasang kromosom. Hal ini kemungkinan menyebabkan pertumbuhan batang peralihan antara herba dan berkayu (Ming et al. 2008)
Produksi tanaman pepaya yang berumur lebih dari  3 tahun sudah mulai menurun dan tajuk tanaman sangat tinggi sehingga kesulitan pada saat panen buahnya. Peremajaan  tanaman dapat dilakukan dengan menanam bibit yang baru, selain itu dapat juga melalui pemangkasan batang dan diikuti  perawatan tunas anakan yang baru tumbuh. Pada beberapa waktu yang lalu pernah kami muat tentang tanaman pepaya hasil rejuvinasi (kilk sini), kali ini akan disajikan bagaimana teknik peremajaan pepaya.

Beberapa jenis pepaya mempunyai jumlah buah dan produksi  yang berbeda-beda. Berdasarkan data diskripsi varietas pepaya Callina mempunyai jumlah buah per empat bulan sebanyak 48-52 buah dan produksi 69,1 – 78,9 ton/ha/empat bulan. Pepaya Carisya dengan ukuran buah kecil  mempunyai jumlah buah per empat bulan sebanyak 48-52 buah/pohon/empat bulan dan produksi 28-40ton/ha/empat bulan. Pepaya Merah Delima dengan ukuran buah sedang mempunyai jumlah buah per empat bulan sebanyak 60-80 buah dan produksi 86 – 100 ton/ha per empat bulan. Namun produksi tersebut akan menurun sangat tajam saat tanaman berumur lebih dari dua tahun.
Pertumbuhan tinggi batang pepaya sangat cepat sehingga pada umur 2 tahun mempunyai tinggi 2-3 meter.Tanaman yang terlalu tinggi menyebabkan kesulitan saat panen buah. Oleh karena itu biasanya setelah berumur 2 tahun tanaman pepaya  ditebang dan ditanam ulang. Peluang rejuvinasi dengan pemangkasan batang yang sudah tua dapat dilakukan pada tanaman pepaya yang produksinya sudah rendah. Batang pepaya yang dipangkas akan menghasilkan  tunas-tunas baru dan dapat berbuah kembali. Peremajaan pepaya dengan cara ini di Quensland Utara disebut dengan ratooning.Tujuan ratooning pepaya untuk mengatasi serangan busuk akar, mengantisipasi siklon angin kencang dan mempercepat waktu produksi (Blair 2003). Penelitian Budiyanti et al 2014, menunjukkan peremajaan tanaman pepaya dengan pemangkasan batang diikuti dengan pemeliharaan dua cabang yang baru tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas buah beberapa genotipe  pepaya. Jumlah buah per pohon dari jenis pepaya yang mempunyai ukuran buah kecil tidak berbeda nyata antara sebelum pemangkasan dan sesudah pemangkasan. Tetapi pada jenis pepaya berukuran buah besar, jumlah buah setelah pemangkasan lebih sedikit dibanding sebelum pemangkasan. Tingkat kemanisan (PTT) buah dari tujuh genotipe pepaya yang diuji hampir sama yaitu antara 12-13o brix dimana tidak terdapat perbedaan antara sebelum pemangkasan dan sesudah pemangkasan.
TEKNIK PELAKSANAAN:
  1. Dipilih tanaman pepaya yang sudah berumur lebih dari dua tahun dan tidak produktif
  2. Pangkas batang pepaya setinggi 0,5 meter dari permukaan tanah.
  3. Olesi bagian yang dipangkas dengan fungisida dan ditutup bagian atas batangnya dengan plastik
  4. Setelah 1-2 bulan akan tumbuh beberapa tunas pada batang tersebut.
  5. Tunas yang tumbuh tersebut dipelihara 2 tunas, sedang tunas lainnya dibuang. Pilih cabang/tunas yang letaknya saling berhadapan dan pertumbuhannya terbaik.
  6. Perawatan tanaman dilakukan dengan pemupukan, penyiraman yang intensif pada awal pertumbuhan serta pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika diperlukan.
  7. Setelah berumur 3-4 bulan setelah pemangkasan, tanaman akan berbunga dan umur 8-9 bulan setelah pemangkasan sudah panen buah pertama

Pilih pohon yang berumur lebih dari 2 tahun


Pangkas batang dan disisakan setinggi ± 0,5 m kemudian diolesi dengan fungisida (kiri)
dan ujung batang ditutup plastik (kanan)


Umur 2 bulan dipilih tunas yang tumbuh berhadapan dan vigor (kiri) Umur 3 bulan sudah berbuah (kanan)


Umur 1 tahun setelah pemangkasan batang


Tanaman hasil peremajaani siap dipanen

 SUMBER : http://balitbu.litbang.pertanian.go.id

PEMANFAATAN BATANG PEPAYA

POTENSI PEMANFAATAN BATANG PEPAYA SEBAGAI SUMBER PANGAN BARU MENUNJANG BIO INDUSTRI PERTANIAN
 Oleh Nofiarli, STP
Pepaya merupakan salah satu tanaman buah yang sering dijumpai di area  pekarangan masyarakat. Pepaya juga termasuk salah satu komoditas ekspor Indonesia, dimana permintaan akan buah pepaya sering tidak dapat terpenuhi oleh petani. Menurut Direktorat Jendral Hortikultura (2014) luas areal penanaman pepaya nasional adalah 10,217 Ha dengan total produksi 840,112 ton.
Pepaya digolongkan pada tanaman yang berbuah disepanjang musim. Tiap pohon dapat menghasilkan 30 buah, bahkan sampai 150 buah. Setelah panen pertama, pohon pepaya akan terus menerus berbuah sampai umur 4 tahun. Setelah 4 tahun produksi buah akan menurun sehingga kebun harus diremajakan. Peremajaan dilakukan dengan cara menebang pohon yang sudah tidak produktif lagi dan menggantinya dengan tanaman baru. Sisa pohon pepaya hasil peremajaan kebun hanya dibiarkan menumpuk dan membusuk begitu saja di area kebun tanpa ada perlakuan khusus dan terurai dengan sendirinya. Apabila luasan areal pertanaman pepaya meningkat, maka jumlah pohon hasil peremajaan akan meningkat dan dapat menimbulkan masalah baru berupa limbah pohon pepaya. Limbah dalan jumlah besar akan menimbulkan bau dan memancing berbagai penyakit.
Potensi pengembangan batang pepaya sebagai salah satu sumber pangan baru sangat besar. Namun sampai sekarang belum ada inovasi teknologi yang telah dikembangkan untuk pengolahan batang pepaya. Pada kearifan lokal masyarakat Mandailing Natal Sumatera barat, batang pepaya diolah sebagai bahan baku pembuat urap, sedangkan pada daerah Jawa Timur pohon pepaya di olah sabagai bahan baku pembuat dodol. Oleh karena itu, batang pepaya berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku industri pangan mendukung program biopertanian dan zero waste.
Penggunaan batang pepaya sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan belum banyak dilakukan, hal ini disebabkan kurangnya informasi tentang manfaat dan kandungan  yang terkandung di dalamnya. Menurut Yon (1994), batang pepaya mengandung banyak air, berongga, bertekstur lembut dan bergabus. Batang pepaya umumnya tumbuh tegak dan tidak bercabang, kecuali jika ada pelukaan di bagian atasnya. Bentuk batang bagian luar yang mirip dengan bentuk batang tanaman berkayu pada umumnya menyebabkan orang enggan untuk memanfaatkan batang pepaya sebagai bahan baku makanan ringan. Setelah dilakukan pengujian laboratorium terhadap batang pepaya didapatkan data kandungan batang pepaya sesuai dengan data pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Batang Pepaya
 
 Kandungan
Jumlah
Karbohidrat (pati)
5.24 %
Kadar serat
2.74%
Protein
0.32%
Kadar air
82.3%
Kadar abu
1.03%

Gambar 1. Limbah batang pepaya
Salah satu potensi pengembangan batang pepaya adalah sebagai bahan baku pembuatan industri makanan. Dari hasil penelitian di Balitbu Tropika, batang pepaya dapat dikembangan sebagai bahan baku sumber pangan baru menunjang bio pertanian. Di Balitbu Tropika batang pepaya dijadikan bahan baku pembuat kripik, manisan basah dan manisan kering. Bahan baku yang digunakan adalah pohon pepaya yang sudah berumur diatas 4 tahun hasil peremajaan kebun. Teknologi pembuatan manisan kering, manisan basah dan keripik dari batang pepaya merupakan teknologi sederhana yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat. Namun demikian teknologi ini masih baru dan sampai saat ini belum ada paten ataupun publikasi ilmiah.
Keripik, manisan basah dan manisan kering batang pepayamemilikirasayang enak dan disukai oleh panelis. Uji preferensi telah dilakuan terhadap beberapa orang panelis dengan hasil sangat suka.
Seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat tentang diversifikasi pangan dan gizi, serta telah dilakukan analisa kandungan pada batang pepaya, maka diharapkan pemanfaatan batang pepaya sebagai salah satu bahan baku pembuatan makanan dapat diterima dan dikembangkan.
Keuntungan utama penggunaan batang pepaya sebagai sumber pangan baru adalah (1) bahan baku mudah didapat dan harganya sangat murah(limbah), (2) Dapat mengatasi masalah limbah lingkungan pada saat peremajaan kebun pepaya, (3) Kaya akan gizi (karbohidrat, serat, protein), (4) Dapat meningkatkan pendapatan petani (analisa ekonomi), (5) Mengurangi angka kemiskinan dengan penyediaan lapangan kerja baru melalui industri kecil skala rumah tangga.
Batang pepaya diambil sepanjang 30 cm dari pangkal batang, kemudian kulit batang dikupas setebal ± 1 cm sampai ditemukan bagian dalam batang yang berwarna putih. Batang bagian dalam ini dicuci, lalu diiris tipis dan direbus selama 30 menit. Setelah direbus, irisan batang pepaya ditiriskan, dan direndam dengan air kapur sirih selama 2 jam kemudian ditiriskan. Irisan batang pepaya kemudian digoreng dengan minyak panas lalu dioven dengan suhu 60oC.
Diagram alur pembuatan keripik batang pepaya:
Gambar 2. Keripik pangkal pohon pepaya
Batang pepaya yang telah dikupas kulitnya di potong berbentuk segitiga sama sisi dengan panjang sisi 2 cm dan ketebalan pemotongan 0,5 cm. Perebusan dilakukan dengan air selama 2 jam. Untuk pengeringan manisan dilakukan selama 24 jam dengan suhu 60oC sampai diperoleh kadar air manisan dibawah 10%. Hal ini untuk mencegah proses fermentasi dan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan kerusakan bahan akibat kadar air yang tinggi. Manisan di packing dalam plastik kedap udara yang dikemas dalam kotak.
Diagram alir pembuatan manisan batang pepaya:
Gambar 3. Manisan kering pangkal pohon pepaya

SUMBER : http://balitbu.litbang.pertanian.go.id